Dalam sejarah konstruksi bangunan piramida digunakan sudah sejak lama. Bangsa bangsa Mesir kuno maupun bangsa Maya dikenal
menggunakan bangunan piramida sebagai makam raja-raja masa dahulu serta
sarana ibadah (pemujaan) selain ada dugaan sebagai tempat penimbunan
(gudang) pangan sejak zaman ketika persiapan menghadapi musim paceklik
ataupun tempat penyimpanan harta.
Beragam analisis tentang digunakannya konstruksi piramida. Ada yang menyebutnya sebagai bangunan warisan UFO dengan alasan terdapat bangunan mirip piramida ditemukan di Mars yang berada satu lintang derajat yang sama dengan lintang derajat di Bumi, ada pula yang mengatakan peninggalan peradaban Atlantis dan
sebagian lagi mengatakan bahwa konstruksi piramida digunakan dengan
alasan bahwa pada peradaban lampau, manusia mengalami kesulitan untuk
membuat konstruksi kubah. Oleh karena itu digunakanlah konstruksi piramida untuk mempermudah. Konstruksi kubah sendiri baru digunakan pada masa Romawi dengan konstruksi pelengkung pada bangunan betonnya dan Romawi Timur
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang
kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun,
menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma,
kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar
karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama
bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya
lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi
belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat
menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di
Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon
katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani
tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa
kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan
Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti
penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja.
Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam
benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang
gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo
yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan
rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke
ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan
saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat,
seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun
tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada
penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga
tak ada sedikit pun ukiran tulisan.
Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki
piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam".
Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam
masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di
bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri
tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi
menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok.
Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi
perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida
raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi
sangat berbeda.
Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam
museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal
sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan
pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan
tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara
penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai
penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa
diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian
bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif
dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.
Gunung Padang yang berada dipulau jawa, indonesia jadi buah bibir karena
kemiripan bentuknya dengan piramida yang ada dimesir. setelah Tim
Katastropik Purba meneliti patahan gempa Cimandiri, sekitar empat
kilometer ke arah utara dari situs tersebut. Tim ini bentukan Staf
Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief.
misteri "piramida" Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, terkuak. Satu per
satu, peneliti menemukan bukti bahwa gunung berbentuk piramida itu
buatan manusia, bukan bentukan alam. piramida padang itu terlihat
seperti gunung, karena telah terkena timbunan debu vulkanik sehingga
terlihat seperti gunung. Pencitraan radar menunjukkan gunung itu terdiri
atas ruang bebatuan yang terstruktur, semacam kawasan pemujaan.
Kontroversi merebak setelah Andi merilis ada sejenis piramida di bawah
Gunung Padang pada awal tahun lalu. "Apa pun nama dan bentuknya, yang
jelas di bawah itu ada ruang-ruang," kata Andi. "Selintas tak seperti
gunung, seperti manmade."
Kecurigaannya berawal dari bentuk Gunung Padang yang hampir segitiga
sama kaki jika dilihat dari utara. Sebelumnya, Tim juga menemukan bentuk
serupa di Gunung Sadahurip di Garut dan Bukit Dago Pakar di Bandung
saat meneliti patahan Lembang. Usia "piramida" Giza di Mesir, yang hanya
2.500 SM. sedangkan Gunung Padang diperkirakan 4.700-10.900 tahun
sebelum Masehi jika bandingkan dengan piramida dimesir Namun pembuktian
belum maksimal, dan ini menyebabkan pakar geologi masih ragu terhadap
"piramida padang ( cahaya )" itu. Terlalu dini untuk diumumkan. Andi
Arief mengatakan pekerjaan timnya di Gunung Padang sudah hampir kelar.
Untuk urusan penggalian, dia angkat tangan karena membutuhkan biaya
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar