Minggu, 22 Maret 2015

Hati

Hati ( bahasa Yunani : ἡπαρ, hēpar) merupakan kelenjar
terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut
sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma . Berdasarkan
fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini
dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara
memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan
menghasilkan amonia , urea , dan asam urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam amino . Proses
pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses
detoksifikasi .
Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-
parenkimal . [2] Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit,
menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai
fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus
sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang
terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus
pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel
parenkimal. [3] Selama masa tersebut, terjadi peningkatan
transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan
diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit. [4]
Lumen lobus terbentuk dari SEC dan ditempati oleh 3 jenis
sel lain, seperti sel Kupffer , sel Ito, limfosit intrahepatik
seperti sel pit . Sel non-parenkimal menempati sekitar 6,5%
volume hati dan memproduksi berbagai substansi yang
mengendalikan banyak fungsi hepatosit.
Filtrasi merupakan salah satu fungsi lumen lobus sinusoidal
yang memisahkan permukaan hepatosit dari darah, SEC
memiliki kapasitas endositosis yang sangat besar dengan
berbagai ligan seperti glikoprotein, kompleks imun ,
transferin dan seruloplasmin . SEC juga berfungsi sebagai
sel presenter antigen yang menyediakan ekspresi MHC I dan
MHC II bagi sel T . Sekresi yang terjadi meliputi berbagai
sitokina , eikosanoid seperti prostanoid dan leukotriena ,
endotelin-1 , nitrogen monoksida dan beberapa komponen
ECM.
Sel Ito berada pada jaringan perisinusoidal, merupakan sel
dengan banyak vesikel lemak di dalam sitoplasma yang
mengikat SEC sangat kuat hingga memberikan lapisan
ganda pada lumen lobus sinusoidal. Saat hati berada pada
kondisi normal, sel Ito menyimpan vitamin A guna
mengendalikan kelenturan matriks ekstraselular yang
dibentuk dengan SEC, yang juga merupakan kelenturan dari
lumen sinusoid.
Sel Kupffer berada pada jaringan intrasinusoidal, merupakan
makrofaga dengan kemampuan endositik dan fagositik yang
mencengangkan. Sel Kupffer sehari-hari berinteraksi dengan
material yang berasal saluran pencernaan yang
mengandung larutan bakterial, dan mencegah aktivasi efek
toksin senyawa tersebut ke dalam hati. Paparan larutan
bakterial yang tinggi, terutama paparan LPS, membuat sel
Kupffer melakukan sekresi berbagai sitokina yang memicu
proses peradangan dan dapat mengakibatkan cedera pada
hati. Sekresi antara lain meliputi spesi oksigen reaktif,
eikosanoid , nitrogen monoksida , karbon monoksida , TNF-α ,
IL-10 , sebagai respon kekebalan turunan dalam fase infeksi
primer.
Sel pit merupakan limfosit dengan granula besar, seperti sel
NK yang bermukim di hati. Sel pit dapat menginduksi
kematian seketika pada sel tumor tanpa bergantung pada
ekspresi antigen pada kompleks histokompatibilitas utama.
Aktivitas sel pit dapat ditingkatkan dengan stimulasi
interferon-γ .
Selain itu, pada hati masih terdapat sel T-γδ , sel T-αβ dan
sel NKT .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar